Kesehatan gigi dan mulut adalah indikator utama kesehatan secara keseluruhan. Masalah kesehatan gigi dan mulut yang menyebar luas disebagian penduduk dunia adalah karies gigi. World Health Organization (WHO) terdapat 60% – 90% mengalami karies gigi anak usia sekolah, sedangkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 prevalensi nasional masalah kesehatan gigi dan mulut sebesar 57,6%.
Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah individu yang kehilangan/mengalami penurunan fungsi sensorik yang mempengaruhi masalah belajar dan perilaku serta mempunyai keistimewaan intelektual seperti tunarungu (tuli). Tunarungu adalah seseorang yang mengalami kehilangan seluruh atau sebagian dari daya dengarnya dikarenakan dari tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengarannya. Ciri yang menonjol pada anak tunarungu adalah gangguan komunikasi verbal yang mengakibatkan hambatan yang lebih mengalihkan fungsi pengamatan visual.
Kondisi kesehatan gigi pada usia sekolah dengan anak normal lebih baik dibandingkan dengan anak tuna rungu. Keterbatasan komunikasi akibat gangguan pendengaran, hal ini menimbulkan hambatan dalam memperoleh pengetahuan terkait kesehatan gigi da mulut yang nantinya akan menentukan sikap dan tindakan anak untuk memelihara kebersihan rongga mulutnya. Salah satu hal yang dapat menjembatani komunikasi antar tunarungu ialah penggunaan bahasa isyarat seperti Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) yaitu BISINDO ini sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan maksud dan tujuan materi yang disampaikan dengan ahli atau juru bahasa isyarat kepada anak tuna rungu dengan menggunakan gerakan kedua tangan, ekspresif, gerakan tubuh dan setiap sususnan kalimatnya tidak menggunakan kata imbuhan.