Kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan yang berubah dengan cepat memfasilitasi hasil positif. Setidaknya, itulah yang ditampakkan oleh teknologi dan inovator modern kekinian. Kemampuan beradaptasi itu mengacu pada kekuatan, keterampilan, disposisi, kemauan, dan motivasi individu untuk mengubah atau menyesuaikan tugas, interaksi sosial, atau fitur lingkungan yang berbeda. Individu dengan tingkat kemampuan adaptasi yang tinggi dapat menyimpan lebih banyak sumber daya psikologis daripada individu dengan tingkat kemampuan adaptasi yang rendah. Pada era disrupsi ini, manusia hanya memiliki dua pilihan, yaitu beradaptasi atau mandeg bahkan tergilas.
Bagi widyaiswara, guru, dosen, dan tenaga profesional lain, kemampuan beradaptasi di era disrupsi teknologi atau inovasi juga merupakan keharusan. Dari sisi pandang positif, agaknya, mereka akan siap menghadapi tantangan ini dengan rasa optimisme yang baru. Mereka memiliki potensi untuk melakukan perubahan mendasar yang akan membuat institusi masing-masing bisa berjalan normal.
Beradaptasi atau tergilas peradaban era disrupsi agaknya agaknya menjadi dua kutub ekstrim. Untuk menghadapi tantangan masa depan, siswa dan mahasiswa harus dilengkapi dengan keterampilan yang berbeda melalui pendidikan dan pelatihan yang tepat. Intilah yang harus dipenuhi oleh Pendidikan 4.0 dan Pembelajaran 4.0. Pada era ini, widyaiswara, guru dan dosen tidak bisa lagi mengandalkan model pendidikan tradisional yang hanya memperluas pikiran.