PARAMASASTRA BAHASA KAWI PEDOMAN DAN TEKS SASTRA KAWI

Kategori: Edukasi » Non Fiksi » Pengembangan Diri » Refrensi | 424 Kali Dilihat
PARAMASASTRA BAHASA KAWI PEDOMAN DAN TEKS SASTRA KAWI Reviewed by elmarkazistore on . This Is Article About PARAMASASTRA BAHASA KAWI PEDOMAN DAN TEKS SASTRA KAWI

Bahasa Kawi merupakan bahasa yang ada dan mengalami perkembangan dalam era kerajaan Hindu dan Buddha di Jawa dan dipergunakan dalam sastra atau karya sastra. Gautama (2009:1) mengatakan bahwa Bahasa Kawi merupakan bahasa yang dipergunakan oleh rakawi (pengarag atau penyair) untuk melukiskan isi hatinya lewat karya sastra. Dalam konteks ini karya… Selengkapnya »

Rating: 4.5
Preorder - Prosess 5-7 Hari
Harga: Rp 120.000 Rp 85.000
Order via SMS

082377338990

Format SMS : NAMA LENGKAP#ORDER#NAMA PRODUK#JUMLAH#ALAMAT PENGIRIMAN
Pemesanan Juga dapat melalui :
SKU : PBK109
0.2 Kg
16-12-2022
Detail Produk "PARAMASASTRA BAHASA KAWI PEDOMAN DAN TEKS SASTRA KAWI"

Bahasa Kawi merupakan bahasa yang ada dan mengalami perkembangan dalam era kerajaan Hindu dan Buddha di Jawa dan dipergunakan dalam sastra atau karya sastra. Gautama (2009:1) mengatakan bahwa Bahasa Kawi merupakan bahasa yang dipergunakan oleh rakawi (pengarag atau penyair) untuk melukiskan isi hatinya lewat karya sastra. Dalam konteks ini karya sastra yang dimaksud adalah Kakawin.

Bahasa Kawi, dalam perkembangannya mengalami perluasaan dalam ranah pemakaian karya sastra. Ada yang dalam bentuk prosa dan ada yang dalam bentuk puisi. Dalam bentuk prosa misalnya adalah karya sastra Parwa, prasasti dan sebagainya. Karya sastra dalam bentuk puisi yang merupakan karya sastra terikat penuh oleh aturan, misalnya Kakawin, Kidung, Macepat (berbahasa Kawi). Maka dapat dinyatakan bahwa kata ”kawi” sendiri berarti  ”karang” atau ”karangan”. Mereka yang mengarang dan menghasilkan karya sastra disebut ”Rakawi” dan hasil karya sastra mereka disebut Kakawian. Atau kemudian hari dikenal dengan Kakawin. Masa kerajaan Hindu, menjadi  masa dimana Bahasa Kawi ini tumbuh subur. Mataram  (Dharmawangsa Teguh) 991-100Masehi. Kadiri  Kertanegara (1268-1292 M). Majapahit I  (1293 Masehi). Majapahit II (1518 Masehi)

Tahun 1284 TM, Singasari menyerang kerajaan Bali Pulina yang dipimpin oleh Ki Kebo Parud, dan berhasil menawan raja Bali yakni Paduka Bhatara Hyang Parameswara Sri Hyang Ning Adidewa Lancana. Disana Bali menjadi tundukan Singasari dengan Rajanya Maharaja Kertanegara. Ini Hanya bersifat sementara. Sebab setelah itu pemerintahan di Bali dikembalikan lagi kepada keturunan Warman yakni Maharaja Paduka Bhatara Mahaguru.

Ini adalah keturunan Sri Baginda Gunapriya Dharmapatni dan Sri Dharma Udayana yang memerintah Bali pada tahun 989TM berpusat di Bedulu. Pada masa pemerintahan Baginda maharaja Dharma wangsa Teguh Ananta Wikrama Tungga Dewa, ada sebuah proyek Raksasa bernama “Membumikan wyasa mantra”

Jadi dengan kata lain adalah membahasa Jawakan ajaran Maharesi Wyasa, dengan adaptasi bahasa yang ada waktu itu. Kemudian pada masa pemerintahan Sri Baginda Dalem Waturenggong, maka kasanah sastra Bali semakin menadapatkan tempat dan mencapai titik keemasan.

Bhagawanta beliau, yakni Dharma Kasogatan dan Dharma Kasiwan semakin menyemarakkan kasanah sastra Kawi di Bali dan Nusantara.Bahasa Kawi, tidak terlepas dari Bahasa Sansekerta yang merupakan induk bahasa dalam agama Hindu. Pengaruhnya bahkan sangat besar dalam penulisan suara (fonem vokal)  dan Wyanjana (konsonan). Karena itu, ada banyak sekali karya sastra berupa Purana, yang juga mempergunakan Bahasa Kawi sebagai pengantarnya. Meskipun demikian, Bahasa Kawi, adalah bahasa mati.

Pengertian bahasa mati adalah, bahwa bahasa ini, tidak dipergunakan sebagai media untuk berkomunikasi. Melainkan bahasa Kawi ini, hanya ditemukan dalam karya sastra. Pendapat lain mengatakan bahwa Bahasa Kawi tidak  sama dengan Bahasa Jawa Kuna. Hal ini dapat kita renungkan dalam dua tahapan.

 Tahapan pertama adalah bahwa bahasa Kawi merupakan Bahasa yang dipergunakan oleh rakawi atau pujangga di dalam menuliskan karya sastranya, maka secara pasti karya sastra di era Hindu dan Buddha di  tanah Jawa, akan menjadi nafas dan jiwa bahasa kawi tersebut.

Pengaruh ajaran Hindu dan Buddha dengan Bahasa Sansekerta, adalah hal yang mendominasi. Tahap kedua adalah bahwa Bahasa Jawa Kuna dapat terlihat tidak banyak mendapatkan pengaruh dari Bahasa Sansekerta.  Maka dapat diartikan bahwa Bahasa Jawa Kuna, yang dipergunakan dalam karya sastra dan mendapatkan pengaruh Bahasa Sansekerta, itulah yang masuk dalam kategori Kawi.  Sedangkan dalam kesusastraan  Jawa Kuna, yang ditemukan dalam banyak penelitian, juga merupakan kitab saduran atau gubahan dari kitab Itihasa dan Purana yang masuk dalam kesusastraan Hindu. Seperti Kakawin Arjuna Wiwaha, Bharatayudha, yang jelas-jelas merupakan gubahan dari Mahabharata. Demikian juga Kakawin Ramayana, ini adalah keduanya masuk dalam klasifikasi Itihasa.

 
Chat via Whatsapp